Thursday, September 07, 2017

DUKA ROHINGYA


Foto property http://en.humanrights-iran.ir/news-19370.aspx


ROHINGYA BERDUKA
Oleh Muhammad E. Irmansyah

bau anyir menyengat 
anyir darah yang mengalir
karena lehernya disembelih
cara sembelih sadis
lebih sadis dari potong hewan kurban

bau gosong menyengat 
gosong hangus pekat
karena tubuhnya dibakar
cara bakar sadis
lebih sadis dari bakar kotoran sampah

darah mengalir di bumi banyak pagoda 
tubuh gosong di bumi banyak biksu budha
sudah ditembak lalu ditusuk tusuk
diberondong peluru militer penuh nafsu
dengan hasutan dan dorongan biksu durjana

darah siapa yang mengalir di tanah pagoda 
tubuh siapa yang hangus di tanah penuh biksu 

darah dan tubuh saudara saudara kita seiman
darah dan tubuh saudara kita sesama manusia

saudara saudara kita yang berhasil lari
lari dari kejaran militer Myanmar
mereka terpaksa nyemplung kelaut
gunakan perahu penuh sesak
tak tentu arah berlari ketakutan 
dicekam bara iblis kebencian

orangtua lemah tak berdaya
bayi bayi mungil 
para perempuan tak perkasa
mereka semua lari mengungsi
mereka dibasmi, dihabisi dengan keji
disiksa, dibunuh tanpa nurani
gadis gadis cantik diperkosa sebelum disembelih

siapa mereka itu
mereka saudara saudara kita seiman dan sejiwa
mereka saudara kita sesama makhluk Tuhan 

didalam pesta kebengisan
penuh kebencian 
sang pemenang nobel perdamaian 
cuma bisa menatap kejamnya pembunuhan
cuma diam tak mau mencegah
cuma diam tak mau hentikan kebiadaban

darah mereka
yang muncrat di Rohingya
sampai ke tanah kita Indonesia

wajah kita terlumuri darah muslim Rohingya
akankah kita diam saja?

cuma sibuk berdakwah sesama muslim
di Indonesia saja?

jangan cuma berdalih berdakwah
tapi diam manakala melihat kebengisan

Billahi Fii Sabilil Haq 


Tangerang 7 September 2017

@mei




Friday, July 14, 2017

NEGERI PARA BEDEBAH





"NEGERI PARA BEDEBAH"

Di negeri para bedebah, kisah nyata kalah seru dibanding kisah fiksi.

Di negeri para bedebah, musang berbulu domba berkeliaran di halaman rumah.

Tetapi setidaknya, Kawan, di negeri para bedebah, petarung sejati tidak akan pernah berkhianat!

@mei 14/7/2017

*Terinspirasi dari seorang sahabat dengan akronim DAM di "Sobat Perubahan".

Thursday, June 29, 2017

Datanglah kawan seperjuangan !




Datanglah kawan seperjuangan!

Ayo, kawan
Datanglah dengan dukacitamu
Datanglah dengan kerugianmu
Bawa semua bagian dari hatimu
Dan ikut duduk bersama kami.

Ayo kawan,
Bawa kekecewaanmu
Dan kegagalanmu
Bawa pengkhianatmu
Dan topengmu
Kami menyambutmu,
Tidak masalah
Dari mana  asalmu
Dan apa yang kamu bawa
Datang dan bergabunglah dengan kami
Di persimpangan
Penerimaan dan pengampunan
Di mana kamu akan menemukan kami
Di rumah cinta perdamaian
Bawa cangkir kosongmu
Dan kita akan mengadakan pesta perlawanan..
Dipenuhi dengan dzikrullah 
Meminta kepada-Nya Ilahi Rabbi.

Bumi Nusantara, 4 Syawal 1438 H

ابي محمد ارمنشاه

NB.: Puisi ini Buya buat untuk membangkitkan semangat solidaritas mahasiswa.