Wednesday, November 04, 2020

UNTUK APA JUDUL

Puisi
UNTUK APA JUDUL
Ismail Sofyan Sani*

untuk apa judul kalau tak berisi
tahu tahu tamat tanpa cerita
yang bisa dibaca cuma wacana
dari mimpi yang ingkar janji
Tak perlu lah ada judul
hanya menjebak kepada alur
dongeng tak punya referensi
penuh susunan huruf mati
tak jelas, rumit dimengerti

entah apa judul negeri kita
kitab tua, tanpa kulit muka
tanpa angan dan tata krama
bertuhan fitnah dan adu domba
penuh kegaduhan politikus rakus
politik dasamuka berjiwa kardus
politik pesulap dan bergajul
politik calo dan tukang ngibul
hukum dan perundangan mandul
untuk apa judul
amburadul
(tetap saja cintaku penuh padanya)

Cimanggis, 4 November 2020




Saturday, September 14, 2019

PARADIGMA


Kesalahan terbesarmu adalah merasa benar. 

PARADIGMA

Kita bagai benang pintal
 pesan yang kusut tafsiran. 

Sekali terurai, malaikat dan setan
 ikut terselubung. 

Menjadi pengacau antara 
 akal dan kelakar. 

Diantara kuasa-Nya, kita hanya
 percikan kekacauan,
 memohon peran untuk peran,
 yang berdoa dalam dosa. 

@MEI

Friday, September 06, 2019

SEMANGAT


(Picture from property of 123RF.com)

Semangat

Kicauan burung di pagi hari
Seakan bersenandung merdu
bak penyejuk hati
Raga pun terisi semangat baru
Yang dulu sempat pupus ditelan waktu

Indah ...
Itu yang kini kurasa
Menyempurnakan diri dalam jiwa yang suci
Menyatu dengan beningnya embun pagi

Jakarta, 6 September 2019

Thursday, September 06, 2018

Menjadi Netral





🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿

“Waktu bersifat netral dan tidak mengubah banyak hal. Dengan keberanian dan  inisiatif, pemimpin mengubah banyak hal.”

”Menjadi NETRAL bukan berarti selalu harus berada ditengah. Yang lebih penting adalah membenarkan apa yang dianggap benar dan mengkritik apa yang dianggap salah. Tentu saja sebatas pengetahuan diri. We should say yes to the right things and say no to the wrong things..... that’s it !  👍😊”

@mei , Jakarta 6 September 2018. 

🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿


Sikap NETRAL itu bisa berarti mencintai semuanya..., mencintai sesama anak bangsa. Bukan berarti membenarkan semua.
Mencintai semua itu direfleksikan dengan cara menunjukkan, ... mengingatkan kekeliruan jika ada, memuji jika patut dipuji.


NETRAL menjadi penting karena kita gunakan otak untuk berpikir. Mengajak orang untuk menjadi cerdas, bukan mengajak orang menjadi bodoh.., bukan Pejah Gesang Nderek si Nganu.. Hidup atau Mati dukung si Nganu. Apalagi jika sampai menyamakan dan memperlakukan si Nganu seperti nabi. 

🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿

Thursday, September 07, 2017

DUKA ROHINGYA


Foto property http://en.humanrights-iran.ir/news-19370.aspx


ROHINGYA BERDUKA
Oleh Muhammad E. Irmansyah

bau anyir menyengat 
anyir darah yang mengalir
karena lehernya disembelih
cara sembelih sadis
lebih sadis dari potong hewan kurban

bau gosong menyengat 
gosong hangus pekat
karena tubuhnya dibakar
cara bakar sadis
lebih sadis dari bakar kotoran sampah

darah mengalir di bumi banyak pagoda 
tubuh gosong di bumi banyak biksu budha
sudah ditembak lalu ditusuk tusuk
diberondong peluru militer penuh nafsu
dengan hasutan dan dorongan biksu durjana

darah siapa yang mengalir di tanah pagoda 
tubuh siapa yang hangus di tanah penuh biksu 

darah dan tubuh saudara saudara kita seiman
darah dan tubuh saudara kita sesama manusia

saudara saudara kita yang berhasil lari
lari dari kejaran militer Myanmar
mereka terpaksa nyemplung kelaut
gunakan perahu penuh sesak
tak tentu arah berlari ketakutan 
dicekam bara iblis kebencian

orangtua lemah tak berdaya
bayi bayi mungil 
para perempuan tak perkasa
mereka semua lari mengungsi
mereka dibasmi, dihabisi dengan keji
disiksa, dibunuh tanpa nurani
gadis gadis cantik diperkosa sebelum disembelih

siapa mereka itu
mereka saudara saudara kita seiman dan sejiwa
mereka saudara kita sesama makhluk Tuhan 

didalam pesta kebengisan
penuh kebencian 
sang pemenang nobel perdamaian 
cuma bisa menatap kejamnya pembunuhan
cuma diam tak mau mencegah
cuma diam tak mau hentikan kebiadaban

darah mereka
yang muncrat di Rohingya
sampai ke tanah kita Indonesia

wajah kita terlumuri darah muslim Rohingya
akankah kita diam saja?

cuma sibuk berdakwah sesama muslim
di Indonesia saja?

jangan cuma berdalih berdakwah
tapi diam manakala melihat kebengisan

Billahi Fii Sabilil Haq 


Tangerang 7 September 2017

@mei




Friday, July 14, 2017

NEGERI PARA BEDEBAH





"NEGERI PARA BEDEBAH"

Di negeri para bedebah, kisah nyata kalah seru dibanding kisah fiksi.

Di negeri para bedebah, musang berbulu domba berkeliaran di halaman rumah.

Tetapi setidaknya, Kawan, di negeri para bedebah, petarung sejati tidak akan pernah berkhianat!

@mei 14/7/2017

*Terinspirasi dari seorang sahabat dengan akronim DAM di "Sobat Perubahan".

Thursday, June 29, 2017

Datanglah kawan seperjuangan !




Datanglah kawan seperjuangan!

Ayo, kawan
Datanglah dengan dukacitamu
Datanglah dengan kerugianmu
Bawa semua bagian dari hatimu
Dan ikut duduk bersama kami.

Ayo kawan,
Bawa kekecewaanmu
Dan kegagalanmu
Bawa pengkhianatmu
Dan topengmu
Kami menyambutmu,
Tidak masalah
Dari mana  asalmu
Dan apa yang kamu bawa
Datang dan bergabunglah dengan kami
Di persimpangan
Penerimaan dan pengampunan
Di mana kamu akan menemukan kami
Di rumah cinta perdamaian
Bawa cangkir kosongmu
Dan kita akan mengadakan pesta perlawanan..
Dipenuhi dengan dzikrullah 
Meminta kepada-Nya Ilahi Rabbi.

Bumi Nusantara, 4 Syawal 1438 H

ابي محمد ارمنشاه

NB.: Puisi ini Buya buat untuk membangkitkan semangat solidaritas mahasiswa.