Thursday, September 06, 2018

Menjadi Netral





๐ŸŒฟ๐ŸŒฟ๐ŸŒฟ๐ŸŒฟ๐ŸŒฟ๐ŸŒฟ๐ŸŒฟ๐ŸŒฟ๐ŸŒฟ๐ŸŒฟ๐ŸŒฟ๐ŸŒฟ๐ŸŒฟ๐ŸŒฟ๐ŸŒฟ๐ŸŒฟ

“Waktu bersifat netral dan tidak mengubah banyak hal. Dengan keberanian dan  inisiatif, pemimpin mengubah banyak hal.”

”Menjadi NETRAL bukan berarti selalu harus berada ditengah. Yang lebih penting adalah membenarkan apa yang dianggap benar dan mengkritik apa yang dianggap salah. Tentu saja sebatas pengetahuan diri. We should say yes to the right things and say no to the wrong things..... that’s it !  ๐Ÿ‘๐Ÿ˜Š”

@mei , Jakarta 6 September 2018. 

๐ŸŒฟ๐ŸŒฟ๐ŸŒฟ๐ŸŒฟ๐ŸŒฟ๐ŸŒฟ๐ŸŒฟ๐ŸŒฟ๐ŸŒฟ๐ŸŒฟ๐ŸŒฟ๐ŸŒฟ๐ŸŒฟ๐ŸŒฟ๐ŸŒฟ๐ŸŒฟ


Sikap NETRAL itu bisa berarti mencintai semuanya..., mencintai sesama anak bangsa. Bukan berarti membenarkan semua.
Mencintai semua itu direfleksikan dengan cara menunjukkan, ... mengingatkan kekeliruan jika ada, memuji jika patut dipuji.


NETRAL menjadi penting karena kita gunakan otak untuk berpikir. Mengajak orang untuk menjadi cerdas, bukan mengajak orang menjadi bodoh.., bukan Pejah Gesang Nderek si Nganu.. Hidup atau Mati dukung si Nganu. Apalagi jika sampai menyamakan dan memperlakukan si Nganu seperti nabi. 

๐ŸŒฟ๐ŸŒฟ๐ŸŒฟ๐ŸŒฟ๐ŸŒฟ๐ŸŒฟ๐ŸŒฟ๐ŸŒฟ๐ŸŒฟ๐ŸŒฟ๐ŸŒฟ๐ŸŒฟ๐ŸŒฟ๐ŸŒฟ๐ŸŒฟ๐ŸŒฟ

No comments:

Post a Comment