Friday, February 26, 2016

PEMUDA NAMA KAMI DAN TUANLAH



PEMUDA NAMA KAMI DAN TUANLAH

Puisi ini dibacakan secara koor oleh 250 teaterawan Jakarta Utara pada acara GONG BUDAYA 2012 tgl 23 desember 2012
di halaman Gelanggang Remaja Jakarta Utara.


pemuda nama kami
pembawa takdir masa depan bangsa
tuanlah penentu, penjaga takdir kami
apakah kami akan berdiri gagah
menjaga perbatasan dan ibu pertiwi
atau hidup dalam khianat, terpental dari sejarah
sirna dari ingatan, terlahir dan mati sia sia

pemuda nama kami
sehelai kanvas putih dan tuanlah pelukisnya
kami merah kalau tuan torehkan merah
kami hitam kalau tuan torehkan hitam
kami berwarna kalau tuan beri warna

pemuda nama kami
sebidang tanah subur dan tuanlah petaninya
tumbuh padi kalau tuan tanami padi
jadi bunga kalau tuan tanami bunga
tumbuh liar kalau tak tuan urus
kerontang karena tak tuan sirami
maka kami akan tumbuh jadi benalu
ilalang kering atau puteri malu

pemuda nama kami
sebongkah logam dan tuanlah pandai besinya
bisa jadi silet, jadi pisau, jadi sangkur
jadi bedil jaga negara, jadi segala yang tuan mau
kalau tuan tak tanggap guna kami
membiarkan kami tersia sia
kami akan teronggok dan berkarat
menyebar virus dan wabah titanus
melebar luka, menebar celaka

tuanlah pelukis, petani dan pandai besi itu
kalau tuan tak peduli, tuan sia siakan harapan kami
kalau tuan korupsi, tuan miskinkan kesempatan kami
kalau tuan berbohong, tuan bunuh masa depan kami
kalau tuan ingkar janji, tuan gilas hidup mati kami
dengan bom waktu di tangan kami jadi seteru
atau jadi pewaris tuan punya prilaku

tuanlah
tuan tak bisa bersikap pengecut mengaku tak berdosa
ketika kami terjebak dalam putus asa dan ketidakpastian
tak tahu arah pergi dan kemana pulang
ketika disergap polisi karena narkoba
menjadi pengantin dalam barisan teroris
berkeliaran jadi anggota geng motor di jalan raya
atau saling bunuh di tengah tawuran sesama
atau tak jadi apa apa

pemuda nama kami
dan tuanlah panutan bagi kami
karena tuan kami jadi segala
atau tak jadi apa apa

tuanlah
tuan bisa jadi sekutu
bahkan seteru bagi kami.

cimanggis,

hari sumpah pemuda 28 oktober 2012
Ismail Sofyan Sani 


Sunday, February 21, 2016

SAJAK SEBATANG LISONG

Foto Istimewa: WS Rendra di lapangan basket ITB 17 Agustus 1977

Almarhum W.S Rendra adalah seorang penyair besar yang pernah dipunyai Indonesia setelah Khairil Anwar. Hidupnya bermacam warna, pernah menjadi penganut Katholik sebelum akhirnya menjadi seorang mu'alaf, .... menjadi seorang muslim.
Tahun 1977 bulan Agustus tanggal 17, ketika sedang hangatnya situasi politik dimana saat itu mahasiswa menentang Orde Baru, WS Rendra berdiri di lapangan basket ITB membaca puisinya di hadapan para mahasiswa yang berkumpul di kampus ITB saat itu. Itulah puisi awal yang memberikan semangat kepada seluruh mahasiswa Indonesia sehingga menjadi sebuah Gerakan Mahasiswa di seluruh Indonesia yang kemudian dikenal sebagai GERAKAN MAHASISWA 77/78.

Ya... puisi WS Rendra berhasil menambah dan membakar semangat mahasiswa untuk keluar dari kampus turun ke jalan.




SAJAK SEBATANG LISONG
Karya WS Rendra

Menghisap sebatang lisong
melihat Indonesia Raya,
mendengar 130 juta rakyat,
dan di langit,
dua tiga cukong mengangkang,
berak di atas kepala mereka.

Matahari terbit.
Fajar tiba.
Dan aku melihat delapan juta kanak-kanak
tanpa pendidikan.

Aku bertanya,
tetapi pertanyaanku
membenturi meja-meja kekuasaan yang macet,
dan papantulis-papantulis para pendidik
yang terlepas dari persoalan kehidupan.

Delapan juta kanak-kanak
menghadapi satu jalan panjang,
tanpa pilihan,
tanpa pohonan,
tanpa danau  persinggahan,
tanpa ada bayangan ujungnya.

Menghisap udara
yang disemprot deodorant,
aku melihat sarjana-sarjana menganggur
berpeluh di jalan raya;
aku melihat wanita-wanita bunting
antri uang pensiun.

Dan di langit;
para tekhnokrat berkata:

bangsa kita adalah bangsa yang malas,
bahwa bangsa mesti dibangun;
mesti di up-grade,
disesuaikan dengan teknologi yang di import!

Gunung-gunung menjulang.
Langit pesta warna di dalam senjakala.
Dan aku melihat,
protes terpendam,
terhimpit di bawah tilam.

Aku bertanya,
tetapi pertanyaanku 
membentur jidat para penyair salon,
yang bersajak tentang anggur dan rembulan,
sementara ketidak-adilan terjadi disampingnya,
dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan
termangu-mangu di kaki dewi kesenian.

Bunga-bunga bangsa tahun depan,
berkunang-kunang pandang matanya,
di bawah iklan berlampu neon,
berjuta-juta harapan ibu dan bapak,
menjadi gemalau suara yang kacau,
menjadi karang di bawah muka samudra.

Kita mesti berhenti membeli rumus-rumus asing.
Diktat-diktat hanya boleh memberi metode,
tetapi kita sendiri mesti merumuskan keadaan.
Kita mesti keluar ke jalan raya,
keluar ke desa-desa,
menghayati sendiri semua gejala,
dan menghayati persoalan yang nyata.

Sajakku,
pamflet masa darurat.
Apalah artinya renda-renda kesenian,
bila terpisah dari derita lingkungan.
Apalah artinya berpikir,
bila terpisah dari masalah kehidupan.

Kepadamu aku bertanya!

17 Agustus 1977
Di lapangan basket ITB.

Sajak ini di edit lagi sesuai aslinya. 




Saturday, February 20, 2016

KALI JODO, KALI POLITIK

 Foto Istimewa: Kali Jodo diwaktu malam  


KALI JODO, KALI POLITIK
Karya Ismail Sofyan Sani 

kali jodo, kali politik
tiba tiba saja banyak politikus
berseliweran dan bermunculan
merasa berkepentingan di kali jodo
atas nama hak azazi dan kemanusiaan
mempertontonkan kepedulian dan perhatian
tebar pesona dan menjual rasa kasihan
pamer kebaikan unjuk rasa kepemimpinan
padahal sebelumnya tak ada dalam ingatan

tarik menarik kepentingan
jegal menjegal kesempatan
saling jelek menjelekkan
bagai pendekar mabok
main tongkat main kayu
hanya untuk berteriak :

pilihlah saya kecap nomor satu !
biasanya hanya jual kecap
karena cuma bisa ngecap
yang bodoh diberi janji janji
yang pintar mengingkari lagi

kali jodo pasti berlalu

cimanggis, 20 februari 2016

*ISMAIL SOFYAN SANI, penyair dan sutradara senior 




Thursday, February 18, 2016

SAMPAH

  Foto Istimewa: Sampah di Bantar Gebang


SAMPAH
Karya *Ismail Sofyan Sani


di bantar gebang menggunung sampah
rejeki pemulung dari mengorek sampah
sisa kotoran yang membusuk juga sampah
tak terpakai tak berguna adalah sampah
masyarakat sakit disebut juga sampah
politikus kotor dan licik sudah pasti sampah
wakil rakyat korup, isi kepalanya cuma sampah
pejabat kolusi tak ada beda dengan sampah
penjual beli hukum sama dengan sampah
anak bangsa pasif tak peduli lebih dari sampah

gila, aku dikepung segala macam sampah
yang tak bergeming oleh sumpah serapah
sampah menumpuk menimbun anganku
menggunung mencekik semua impianku
aku tak dapat bernafas dan menetas

bagai pemulung aku
berusaha menyisih sampah
sampah ada dimana mana
menebar borok menyebar luka
sampah berbau dan membusuk
menjejali kepalaku dengan amarah

kita tak boleh diam lagi ! 

cimanggis, 13 februari 2016

*Ismail Sofyan Sani adalah penyair dan sutradara senior

Wednesday, February 17, 2016

AKU KINI

                                                   FOTO ISTIMEWA: Pantai Mandalika, Lombok.


AKU
KINI
Karya Ismail Sofyan Sani 

aku mengalir bagai air
menjelajah tebing dan semak
menghindar dari jebak kebuntuan
berenang bebas di amuk samudera
menggeliat di ketelanjangan pikiran
kuramu segala kuncup kenisbian
kudekap bersama keniscayaan
maka satu tambah satu bisa menjadi lima
aku pun melenggang lurus ke cakrawala
tanpa jeratan matematika dan ilmu jiwa
jangan halangi laju arusku
tak perlu merayu kembali ke hulu
kubunuh sudah kebuasan masa lalu
serta pekatnya hari hari penuh jelaga
kulumat bersama busuknya bau udara
kusetubuhi segala angan yang hilang
hingga dapat kurajut dan kutata ulang
kulayangkan tinggi ke bintang bintang
aku kini bagai mercu suar kokoh berdiri
mengawasi laut dan langit tak bertepi
tak berkedip menatap terbit matahari
mengantar senja pulang ke malam hari
lalu mengawal malam pulang ke pagi
aku mercu suar itu
setelah terdampar di tujuh benua
gigih merenangi tujuh samudera
berharap menguasai tujuh cakrawala

cimanggis 14 februari 2016
Ismail Sofyan Sani, penyair dan sutradara senior.

Tuesday, February 16, 2016

"ORANG SAKIT"


Kubaca puisi bang *Ismail Sofyan Sani tentang SEBUAH BANGSA.  Dia bilang..., "aku terjebak dilahirkan tanpa nama tanpa takdir", lalu dia bilang lagi, "aku terjebak dilayarkan tanpa arah tanpa tujuan", lalu dia bilang lagi, "aku terjebak dibesarkan tanpa awal tanpa akhiran"....., dan dia juga bilang, "sebuah bangsa berlayar di luas samudera bersama kapal dengan banyak nakhoda sebagian darinya pembajak dan perompak".

Kukirim kata-kata ini padanya:

"ORANG SAKIT"
Karya Muhammad E. Irmansyah

Orang sakit.....,
tapi tanpa rasa nyeri.
Otaknya terhimpit.....,
bikin suasana ngeri.

Orang-orang yang konon terpelajar,
saling sikut, saling otot-ototan.
Orang yang sudah diajar,
harusnya pakai akal pikiran.

Orang-orang berbondong-bondong.
Orang-orang bersombong-sombong.
Orang-orang berkinclong-kinclong.
Orang-orang berbohong-bohong.
Orang-orang bersongong-songong.
Orang-orang berbolong-bolong.
Orang-orang berkosong-kosong.
Orang-orang bermonyong-monyong.
Orang-orang saling dorong.
Orang-orang saling todong.
Orang-orang saling potong.

Tapi kenapa jadi begini?
Siapa buat semua ini?

Dulu, ketika ku kecil koq tidak begini?
Masih kulihat nenek tua diberi duduk di metro mini.
Tak kulihat banjir tiada henti.
Tak ada penjual beras plastik.
Tak terdengar di mahkamah agung korupsi pejabat berbatik.

Kini, semuanya terbalik.....,
orang-orang kena pasal delik.
Pagi di lantik,
sore hari rumahnya jadi cantik.

Nenek tua sakit bergelayutan di metro mini dibiarkan berdiri,
padahal didepan nenek ada anak muda sedang duduk menikmati gadgetnya.
Kini sudah tidak ada gotong royong dalam kenduri,
Semua diatur penyelenggara acara yang tak mau kerja tanpa ada uangnya.

Kini, ozon sudah bolong.
Harta dalam tanah kosong melompong.
Bencana datang dan pergi.
Susul menyusul silih berganti.

Semua gunakan akal dan pikiran,
tapi mereka sakit.
Cinta mereka katakan,
tapi benci mereka menggigit.

Banyak orang gelap nurani,
banyak orang berlagak suci.
Mereka sehat tapi mereka sakit.

Jangan kuatir saudaraku,
semua ini sudah ada maksudNya.
Harus dihempas dulu,
untuk jadi obatnya.

Sangka baik saja kepadaNya,
seperti kisah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam diantara orang sakit.
Ya, ... mereka sakit qolbu nya,
disinilah peran orang yang tidak sakit.

Kita masih punya banyak teman-teman yang bukan pembajak,
yang bukan perompak dan juga tidak sakit. 
Bismillahirrahmanirrahim. 
Billahi fii sabilillah haq.

MEI, 7 Jumadil Awwal 1437 H, bertepatan tanggal 16 Februari 2016 M.

*Ismail Sofyan Sani, penyair dan sutradara senior

SEBUAH BANGSA


       Foto Istimewa: Ismail Sofyan Sani


SEBUAH BANGSA
Karya Ismail Sofyan Sani 

sebuah bangsa bertahan hidup di belantara
perkasa nampaknya, bertarung menaklukkan ganas rimba raya dan rakus penghuni rimba

aku terjebak dilahirkan
tanpa nama tanpa takdir

sebuah bangsa berlayar di luas samudera
bersama kapal dengan banyak nakhoda
sebagian darinya pembajak dan perompak

aku terjebak dilayarkan
tanpa arah tanpa tujuan

sebuah bangsa dengan sejuta cita cita
tak pernah jelas tata pengejewantahannya
selalu menepuk dada, terbatuk sesudahnya

aku terjebak dibesarkan
tanpa awal tanpa akhiran

hendaknya sebuah bangsa didewasakan
jatuh bangun oleh bencana dan pengkhianatan
oleh pertikaian dan angkara murka kepentingan
bangun terpuruk bangun lagi terpuruk lagi
selalu begitu berulang berganti berulang lagi
siklus ambisi yang tak jelas kapan berhenti
tak bisa diraba berakhir di titik mana
anehnya, tak pernah sampai pada kedewasaan
bahkan tak pernah berhenti pada perenungan

sebuah bangsa
indonesia namanya
cintaku terjebak di dalamnya.

cimanggis 8 februari 2016

ISMAIL SOFYAN SANI, penyair dan sutradara senior.