FOTO ISTIMEWA: Pantai Mandalika, Lombok.
AKU KINI
Karya Ismail Sofyan Sani
aku mengalir bagai air
menjelajah tebing dan semak
menghindar dari jebak kebuntuan
berenang bebas di amuk samudera
menggeliat di ketelanjangan pikiran
kuramu segala kuncup kenisbian
kudekap bersama keniscayaan
maka satu tambah satu bisa menjadi lima
aku pun melenggang lurus ke cakrawala
tanpa jeratan matematika dan ilmu jiwa
menjelajah tebing dan semak
menghindar dari jebak kebuntuan
berenang bebas di amuk samudera
menggeliat di ketelanjangan pikiran
kuramu segala kuncup kenisbian
kudekap bersama keniscayaan
maka satu tambah satu bisa menjadi lima
aku pun melenggang lurus ke cakrawala
tanpa jeratan matematika dan ilmu jiwa
jangan halangi laju arusku
tak perlu merayu kembali ke hulu
kubunuh sudah kebuasan masa lalu
serta pekatnya hari hari penuh jelaga
kulumat bersama busuknya bau udara
kusetubuhi segala angan yang hilang
hingga dapat kurajut dan kutata ulang
kulayangkan tinggi ke bintang bintang
tak perlu merayu kembali ke hulu
kubunuh sudah kebuasan masa lalu
serta pekatnya hari hari penuh jelaga
kulumat bersama busuknya bau udara
kusetubuhi segala angan yang hilang
hingga dapat kurajut dan kutata ulang
kulayangkan tinggi ke bintang bintang
aku kini bagai mercu suar kokoh berdiri
mengawasi laut dan langit tak bertepi
tak berkedip menatap terbit matahari
mengantar senja pulang ke malam hari
lalu mengawal malam pulang ke pagi
mengawasi laut dan langit tak bertepi
tak berkedip menatap terbit matahari
mengantar senja pulang ke malam hari
lalu mengawal malam pulang ke pagi
aku mercu suar itu
setelah terdampar di tujuh benua
gigih merenangi tujuh samudera
berharap menguasai tujuh cakrawala
setelah terdampar di tujuh benua
gigih merenangi tujuh samudera
berharap menguasai tujuh cakrawala
cimanggis 14 februari 2016
Ismail Sofyan Sani, penyair dan sutradara senior.
No comments:
Post a Comment